Kota
Tangerang, Banten Muda – Bahasa menjadi salah satu bagian
penting dalam kehidupan keseharian, karena setiap orang akan menggunakan bahasa
dalam proses komunikasi. Namun terkadang, tak sedikit orang yang sekedar
berkata-kata tanpa benar-benar memahami makna kata dalam bahasa yang
diucapkannya. Itulah yang mendasari alasan SMA Perguruan Buddhi, pada 28
Oktober lalu mengadakan Festival Bulan Bahasa atau Falansa 2013. Selain untuk
memperingati hari Sumpah Pemuda dan merayakan bulan bahasa, Falansa SMA
Perguruan Buddhi juga ingin mengajak kawan remaja khususnya pelajar untuk lebih
peka terhadap setiap kata yang dituturkan. Sebab, kata tak akan lepas dari
makna. Maka itu, tagline acara Falansa yang baru memasuki tahun pertama itu
adalah ‘Bersama Memaknai Kata’.
“Butir ketiga isi sumpah pemuda adalah; kita berbahasa
satu, bahasa Indonesia. Jadi, ini adalah momen yang pas untuk merayakan bulan
bahasa dan mendalami butir ketiga tersebut. Sesungguhnya Falansa dibuat bukan
sebagai perayaan, lalu selesai begitu saja. Tapi Falansa ingin hadir sebagai
pendalaman dan perkenalan bahwa bahasa Indonesia bukan untuk dianggap remeh.
Melainkan untuk dibanggakan, jika bukan kita yang membanggakannya, siapa lagi?”
tukas Ibu Dian Nofita Sari, S.Pd, salah satu guru pembimbing dalam kepanitiaan
acara Falansa.
Falansa sendiri menawarkan sejumlah lomba yang mewadahi
kreativitas pelajar SMA dalam bidang bahasa dan sastra, seperti lomba pidato
tiga bahasa (Indonesia-Inggris-Mandarin), scrabble
(mengutak-atik kata), menulis cerpen, membuat majalah dinding hingga
musikalisasi puisi. Seluruh perlombaan dilaksanakan secara serentak setelah
pengguntingan pita oleh kepala sekolah SMA Buddhi, Drs. Setia Budi.
“Tiap lomba diharapkan mampu menyampaikan pesan pada
teman-teman jika berbahasa dan mendalami sastra itu bisa menarik, tidak melulu
memusingkan. Contohnya saja musikalisasi puisi, puisi-puisi sastra yang
biasanya membuat mereka mengerutkan dahi, kali ini dibalut dengan musik menjadi
lantunan lagu yang indah, menyenangkan dan mudah diserap,” tutur ketua
pelaksana Falansa, Gabriella Moureen Naomi, ketika ditemui di akhir acara.
Tak hanya lomba, Falansa juga diwarnai dengan sesi
talkshow bersama Ibu Ade Fitri, salah satu guru bahasa-sastra Indonesia yang
berbagi pengalamannya selama mengikuti program SM-3T di Kupang. Beliau juga
banyak bercerita mengenai perkembangan bahasa di sekolah-sekolah di Kupang,
NTT.
Acara akhirnya selesai tepat pukul setengah dua siang. Ditutup
dengan serangkaian penampilan band yang memeriahkan puncak festival.
“Lima kata buat Falansa; seru, mendidik, keren, berbobot,
menarik! Paling suka lomba pidato tiga bahasa, selain mendalami kekayaan
bahasa, kita juga diminta berlatih berkomunikasi di depan umum. Falansa itu ajang
belajar bahasa-sastra dengan aysik,” komentar Mila Mareta, salah satu
pengunjung Falansa itu dengan semangat. (ver/ft.ver)