Serang,
Banten Muda— Kebudayaan adalah warisan leluhur bangsa
yang harus dijaga, dipertahankan, dan dilestarikan. Dalam rangka meningkatkan
pelestarian dan apresiasi masyarakat terhadap peninggalan budaya masa lampau,
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Banten gelar Lawatan Jejak
Budaya, berupa kegiatan berkunjung langsung ke situs –situs peninggalan
kepurbakalan, Rabu (30/10). Peserta pada kegiatan ini terdiri dari berbagai
kalangan, diantaranya: guru dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), serta
berbagai komunitas yang ada di Provinsi Banten.
Dengan Serang sebagai
sasaran utama penulusuran budaya kegiatan ini, para peserta berkesempatan untuk
dapat menyaksikan langsung berbagai peninggalan sejarah, mulai dari bangunan
kolonial yang ada di Serang, seperti Gedung Joeang 45, Kantor Residen Banten
(sekarang kantor Guberbur Banten), dan Gedung Osvia (sekarang Markas Polres
serang). Selain itu para peserta itu
dapat melihat dan merasakan secara langsung kharismatik dari Kota Kuno Banten
Lama, diantaranya, Istana Sorosowan Banten, Masjid Agung Banten, Istana Kaibon,
Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, dan
Vihara Avalokitesvara. Tidak hanya itu, naik ke atas mercusuar anyer juga
merupakan kesempatan yang sangat langka dan luar biasa pada kegiatan ini. Tentu
saja berbagai materi dan diskusi interaktif mengenai sejarah yang disampaikan
dan dipimpin oleh Bapak Pahlawan selaku narasumber juga menjadi bagian yang
sangat diminati oleh para peserta.
Dikatakan oleh Judi
Wahyudi selaku Kepala BPCB Provinsi Banten bahwa kgiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan rasa kecintaan masyarakat kepada budaya atau
peninggalan-peninggalan masa lampau, “Demi terciptanya generasi yang cinta dan
siap untuk menjaga dan melestarikan budaya, karena budaya bukan hanya tanggung
jawab satu pihak, melainkan tanggung jawab kita.” Ujarnya.
Judi Wahyudi berharap,
semoga dengan adanya kegiatan ini, masyarkat terutama para peserta tidak hanya
mengetahui tentang berbagai peninggalan budaya yang ada di Provinsi Banten, tetapi,
juga dapat memahami nilai-nilai penting dari peninggalan kebudayaan tersebut (AR. Syifa)