Temu Karya Nasional Relawan, harus diyakini sebagai salah satu strategi pembinaan dan pengembangan relawan dari berbagai minat, budaya, dan pendidikan untuk bersama-sama belajar, bertukar pengalaman, memantau dan mengevaluasi proses pembinaan dan kepemimpinan relawan, sekaligus merancang peran dan kegiatan yang berkesinambungan. Jika pada saat normal relawan harus melakukan pelayanan kesiapsiagaan, dan ketika terjadi bencana memberikan pelayanan tanggap darurat.
Oleh : Ali Faisal
Relawan PMI adalah asset bangsa, yerdiri
dari Korps Sukarela (KSR), dan Tenaga Sukarela (TSR) serta Donor Darah Sukarela
(DDS), dalam rangka menjalankan tugas kemanusiaannya, Relawan di tuntut untuk
professional, dan salah satu medium up-grading membangun sikap professional
dimaksud adalah melalui ajang Temu Karya Nasional Relawan.
(Jum’at
21 Juni 2013), Keberangkatan Kontingen
Relawan PMI Banten, terbagi tiga tahap rombongan, pertama. tim Advance, tim ini
berangkat pada tanggal 19 Juni dengan menggunakan tiga mobil, membawa berbagai
keperluan pokok kontingen, dikawal langsung oleh Bu Embay sebagai Kepala Markas,
sedangkan tim kedua sebanyak 38 orang menggunakan kereta api, dan sisanya
menggunakan Pesawat terbang. Kami yang menggunakan jasa kereta api, telah
bersiap sejak pukul 09.00 pagi hari jum’at, dan tepat pukul 10.00 kami berangkat
dari markas PMI Provinsi Banten, menuju Stasiun Pasar Senen menggunakan Bus
Pemprov Banten. Sekira Pukul 15.15 kami berangkat dari Stasiun Pasar Senen
menuju Stasiun Kota Lama Malang, perjalanan kami menuju Kota Malang
harus ditempuh dengan melewati sedikitnya enam belas stasiun, yaitu: 1)Stasiun Cirebon Peranjakan, 2)Stasiun
Losari, 3)Stasiun Tegal, 4)Stasiun Pekalongan, 5) Stasiun Kali Bodri, 6)
Stasiun Tawang, 7)Stasiun Alas Tua, 8)Stasiun Walikukun, 9)Stasiun Paron, 10)Stasiun
Madiun, 11)Stasiun Caruban, 12)Stasiun Nganjuk, 13)Stasiun Kediri, 14)Stasiun Tulung
Agung, 15)Stasiun Blitar dan 16)Stasiun Wlingi, setelah Stasiun Wlingi, barulah kami sampai di Stasiun
Malang.
Kereta kami terus melaju,
hingga sampai stasiun Cikampek pukul 16.30 sore, memang sedari awal
keberangkatanku ke Malang sudah aku niatkan untuk membaca buku, sahabatku yang
“sufi kecil” dengan rela meminjamkan travel bag merk polo, dan beberapa buku,
diantaranya novel 5cm nya Donny Dhirgantoro, buku ini sebenarnya sudah lama aku
kenal, pernah membaca dengan sekilas dan aku telah menangkap sinopsisnya,
tetapi setelah aku membaca hingga hatam di atas kereta, sungguh perasaanku
bercampur baur, karena dapat meneliti tahap demi tahap ceritera yang, sungguh
suatu pelajaran berharga, bagaimana kekuatan niat, ajaran tentang keagungan
persahabatan, dan kebahagiaan akan ketulusan, Arial, Riani, Zafran, Ian dan
Genta, “kamu
adalah guruku” dan orang yang dengan rela telah meminjamkan travel bag dan
novel ini, “adalah maha guruku” ujarku dalam hati. Entah disengaja atau tidak
cerita ini saya baca di kereta, berangkat dari pasar senen menuju Malang, dan
dalam cerita dalam novel inipun demikian. “Genta mengajak bertemu di Stasiun
Senen untuk memulai petualangan baru dengan naik kereta hingga sampai ke
Malang, selanjutnya mereka menuju kekawasan pendakian Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Inilah pendakian pertama kali para sahabat menuju puncak
tertinggi pulau Jawa, Puncak Mahameru.
“gue
udah taruh puncak itu dan kita semua disini” Arial berkata sambil membawa jari
telunjuk kearah keningnya dengan jarak dekat 5 cm
“kalau
begitu, yang kita perlukan sekarang cuma kaki yang berjalan lebih jauh dari
biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menaap
lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, hati
yang bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa”
timpal mereka bergantian yang ditutup dengan senyum Dinda.
Sedangkan
kereta terus melaju hingga stasiun Madiun pukul 03.00 dini hari, rombongan kami
langsung disambut pedagang nasi pecel di
daun pisang seharga Rp.3000,- ditambah rempeyek kacang ijo seharga Rp.4000,- kami
lahap menyantapnya, ibarat orang yang melaksanakan sahur, karena besok akan
puasa, kereta terus melaju, dan, 22 menit berikutnya tiba di stasiun nganjuk,
tepat jam 07.30 pagi, terus melaju di Stasiun Blitar, jam 08.50 tiba di stasiun
Kepanjen, sesaat lagi rombongan tiba di Stasiun Lama Kota malang.

Setibanya di stasiun Malang,
rombongan kontingen Banten berhamburan mencari sarapan pagi, sementara mobil
elf dari panitia Temu Karya Nasional telah siap membawa kami ke Selorejo,
Kabupaten Malang. Sebagian kawan-kawan memilih sarapan ke beberapa kedai
masakan Jawa, ada juga yang menyantap aneka jenis masakan Padang, sementara
saya, eji dan Joni dan beberapa peserta kontingen lain, lebih memilih menikmati
soto, alasannnya, selain lebih dekat dengan pintu keluar Stasiun, dan juga saya
melihat kedai soto itu begitu laris, tandanya orang banyak mengantre untuk membeli,
nyata saja, setelah saya memesan tiga porsi, tidak begitu lama menunggu pesanan
kami datang, alamak...soto di Jawa memang agak berbeda dengan yang sering kita
makan di Banten, soto dengan kuah yang menggoda di satukan dengan nasi putih
dalam satu mangkuk bersamaan, sementara di piring yang lainnya di sajikan
goreng tempe, berkedel kentang, rempeyek dan telur asin, telur asin yang biasa
kita lihat berwarna biru langit, tapi ini warnannya hijau keputihan tetapi
rasanya sama dengan telur asin pada umumnya, ma’nyusss. Lahap menikmati soto
yang oleh pemiliknya di beri nama “Soto Basket”. ternyata
telah terkenal seantero Kota Malang, di buka pertama kali pada tahun 1951 di
dekat lapangan basket, makanya dinamakan Soto Basket, dan sejak beberapa tahun belakangan
pindah di sebelah Stasiun Kota Malang, demikian di katakan Bu Hj. Khadijah yang
melanjutkan usaha yang dulu dikelola oleh ayahnya.
Selesai menikmati Soto
Basket, kami beranjak menuju lokasi TKRN di Selorejo, menyusuri suasana
pegunungan yang berkelok, turun naik persis daerah puncak di Jawa Barat,
sepanjang mata memandang kami di manjakan oleh pemandangan alam Jawa yang
menakjubkan. Udaranya sangat sejuk sebelah kanan jalan kami melihat air terjun
gerobogan sewu, Setelah lebih kurang 2 jam, mobil elp yang kami naiki sampai di
Kecamatan Pujon, satu kecamatan lagi kita sampai di Kecamatan Ngantang, tempat
dilaksanakannya temu karya.
Sementara
spanduk-spanduk ucapan selamat datang berjejer sepanjang kecamatan Pujon menuju
Kecamatan Ngantang, spanduk yang kami baca beragam mulai dari pemerintah
setempat, hingga beberapa perusahaan sponsor yang telah ikut andil dalam
gelaran Temu Karya, dan diantara ucapan-ucapan selamat datang kami sempat
membaca tulisan Kabupaten Malang “MADEP MANTEB”, kata-kata ini menjadi ikon
tanda seperti di Provinsi Banten tertulis “Iman Taqwa” atau Kabupaten Serang
“Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe”, lama kami mencari artinya, ya, walaupun tidak
sama persis dengan bahasa Jowo yang priyayi seperti inggil dan kromo inggil,
kami pun di Serang menggunakan bahasa Jawa atau orang menyebutnya bahasa Jaseng
atawa Jawa Serang, sungguh kedua bahasa ini berbeda pada beberapa suku kata dan
istilahnya, atau banyak yang menyebut bahasa Jawa Serang dengan bahasa Jawa kasar,
mirip sama dengan bahasa Cirebon atau Inderamayu, ma’lum, berdasrkan riwayatnya, beberapa
daerah yang baru di sebut merupakan daerah-daerah dengan perjalanan historis
yang hampir sama, di tandai dengan penyebaran agama Islam di jaman Maulana
Syarief hidayatullah sampai sultan Maulana Hasanudin. Kembali pada cerita Madep
Manteb, satu-satunya sumber oral kami dapatkan dari mbak yayuk, dia adalah
kontingen Banten yang asli orang jawa, menurutnya Madep mantep itu artinya,
benar-benar mantap, “katanya”, yo wis mba, saget..saget..jawabku, karena belum
ada pembenaran pembanding, jadi sementara jawaban mba yang paling benar.
Selepas
sholat duhur, perut terasa lapar, pas sekali, di depan home stay kontingen
Banten, atas seijin kami yang mengontrak rumahnya, pemilik rumah membuka warung
nasi dadakan berikut dengan berbagai dagangan alat-alat kebutuhan harian yang
lain, kami memesan makan dengan lauk ikan wader dan udang goreng yang dimakan
dengan sambal terasi, mantap tak terkira.
Selesai makan kami
berkonsentrasi di tenda kontingen Banten, tenda kontingen Banten berada di
urutan kedua dari pintu masuk kampung relawan, urutan pertama sayap kanan di
tempati kontingen Jawa Tengah, kedua Banten, ketiga Kalimantan Selatan, depan
tenda kontingen Banten, dari sayap kiri di tempati oleh Kontingen Kepulauan
Riau, Kontingen Riau pada urutan kedua dan kalimantan Barat, selanjutnya
berjajar tenda-tenda dari 33 Provinsi di Indonesia. Pemantapan desain dan
susunan ornamen pada tenda terus kami benahi hingga malam hari, sampai merasa
indah di pandang mata, tak kalah dengan atribut dan ornamen dari tenda relawan
Provinsi lain Malam menjelang kami para pendamping kembali ke home stay,
sementara peserta tetap berada di tenda kontingen sambil melakukan
perbaikan-perbaikan kecil, atau sekadar berbincang ringan antar peserta.
(Minggu,
23 Juni 2013). Kabar
bahwa ketua PMI Provinsi Banten, Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah sedang dalam
perjalanan, menjadi penantian kami di Selorejo, Ibu sudah di Bandara Malik
Shaleh, pesan via sms dari mba Hani ajudan Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah, yang
juga wakil Bupati Serang.
Menjelang
duhur Ibu Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah tiba di Selorejo, seperti biasanya,
gayanya yang hoby blusukan, di terapkan saat meninjau lokasi kontingen relawan,
beberapa pertanyaan tentang tata letak dan hal-hal teknis lainnya menjadi salah
satu diskusi di tenda kami, setelah dianggap cukup memberikan motivasi, pengarahan
dan bersenda gurau dengan kontingen Banten.
Beberapa
saat kemudian, Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah menyambut ketua umum Palang Merah
Indonesia yang juga Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf
Kalla, bapak Jusuf kalla menerima bingkisan miniatur Leuit (bentuk lumbung padi
masyarakat suku Baduy), dan seikat Lomar (ikat kepala masyarakat Suku Baduy), setelah
menerima Bapak Jusuf Kalla Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah melakukan silaturrahmi,
kami sedikit tahu maksudnya, ibu sedang melakukan studi komparatif dengan
berbagai kontingen untuk diterapkan di kontingen Banten, satu demi satu
tenda-tenda kontingen beliau datangi dan berdialog ringan, percaya atau tidak,
saya yang mengantar di belakang beliau ketika jalan-jalan menyusuri perkampungan
relawan, setiap langkah beliau selalu di elu-elukan dan di sapa dengan hangat,
“Ibu Ratu...Ibu Ratu...” mereka menyapa, sambil bergegas minta foto bersama.
Obrolan
terjadi sangat seru sekali, antara ibu Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah dengan Bapak
Haji Bambang, ketua Kontingen Provinsi Bali, Haji Bambang adalah relawan yang
tak kenal lelah, cerita soal kepahlawanan dalam hal jiwa relawannya ini, telah
di bukukan dan terbit di Bali, beliau menceritakan kenangan indah sewaktu
mengikuti Temu Karya Nasional Relawan ke empat di Provinsi Banten, “ikan
bakarnya enak sekali bu” kami puas di jamu disana” ujarnya, di susul dengan
cerita keseruan lainnya, manakala pada saat berada di Banten, bersamaan pula dengan eksekusi mati Imam
Samudera alias Abdul Aziz, dan pembicaraan di ahiri dengan kata sepakat, bahwa
PMI Bekerja untuk kemanusiaan, dengan berpegang teguh pada 7 Prisnsip palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Sore hari Ibu Hj. Ratu Tatu
Chasanah, kembali ke hotel yang berada di Kota Batu, lebih kurang 1,5 jam
perjalanan dari Selorejo.
(Senin, 24 Juni 2013). Sekitar
1650 peserta aktif dari 33 Provinsi di Indonesia, di tambah ribuan pendamping
dan peninjau serta perwakilan dari 15 negara
tumpah ruah di lapangan Bendungan Selorejo, persiapan pembukaan Temu Karya
Nasional Relawan PMI ke-5, telah terasa dari pagi hari, dimana ratusan Tentara,
Polisi dan Paspampres wura-wiri mengatur beberapa hal sesuai dengan mekanisme
protokol kenegaraan, “Banten....Yiiihaaaa...Yiiihaaaa...Banten..Banten”
begitu pekik perjuangan kami, ketika melewati panggung kehormatan, yang di
depannya melambai-lambai Bapak Boediono (Wakil Presiden RI), Bapak Jusuf Kalla
(Ketua PMI Pusat), beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid dua, Wakil
Gubernur Jawa Timur (Bapak Saefulloh Yusuf), Pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah Provinsi Jawa Timur dan Para Ketua PMI Provinsi se-Indonesia, termasuk
Ibu Hj. Ratu Tatu Chasanah selaku Ketua PMI Provinsi Banten.
“Eksistensi PMI dapat diukur dari kiprahnya
dalam menolong sesama, dan saya bangga dengan peran dari PMI saat ini” demikian
sepenggal sambutan Wakil Presiden dalam sambutan pembukaan Temu Karya Nasional
Relawan PMI ke-5 di Selorejo, Malang
Beberapa
Memorandum of Understanding (MoU) ditandatangani antara PMI dengan Kementerian
Koperasi dan UMKM, Tentang Pengembangan Kewirausahaan Relawan, PMI dengan
Kementrian Kehutanan, PMI dengan Kementrian Pemuda dan Olahraga, PMI dengan
Badan Penanggulangan Bencana dan lain-lain.
Agenda
inti kegiatan Temu Karya Nasional, terbagi dalam pertama, Bidang Temu: Meliputi, Sarasehan Bela Negara, Sarasehan Kemitraan,
Sarasehan Kewirausahaan, Sarasehan Pengembangan Kegiatan Kepelang Merahan di
Institusi Pendidikan, Sarasehan Peran Relawan Perempuan dalam Penanggulangan
Bencana, anti kekerasan, diskriminasi dan menghargai perbedaan, Sarasehan
Penanggulangan Sosial Media untuk Komunikasi, Publikasi, dan Pengembangan Citra
Organisasi. Sarasehan Sistem Informasi Manajemen, Sarasehan Peran Relawan dalam
Bidang Kesehatan pada Program Berbasis Masyarakat. Sarasehan Undang-undang
Kepalangmerahan, Pertemuan Relawan Nasional. Pertemuan Relawan Lintas Negara.
Pertemuan Pengurus Bidang Relawan dan Kepala Markas. Kedua, Bidang
Persahabatan: meliputi, Galeri Karya Relawan, Olah Raga Persahabatan, Seni
Budaya, Kehidupan Masyarakat dan Sejarah Bangsa, Jejaring dan Anjangsana, Outbond, Kontingen
Favorit, Relawan Favorit. Ketiga, Bidang Pengembangan Kapasitas: meliputi,
Latihan Gabungan, Best Practice Volunteer “Berbagi Pengalaman”, Lintas Terampil,
Ajang Kreativitas Relawan. Keempat Bidang Karya: meliputi, Non Fisik, terdiri
dari: Sosialisasi dan Donor Darah sukarela, Advokasi dan Sosialisasi Ayo Siaga
Bencana, Promosi dan Pelayanan Kesehatan, Upaya Pengurangan Resiko Bencana,
Pelatihan Singkat Pertolongan Pertama. Sedangkan yang Non Fisik, meliputi:
Bakti Sosial, Penyediaan Air Bersih, Perbaikan Jalan dan Perbaikan Rumah.
Lima Belas Negara
ikut serta ambil bagian dalam Temu Karya ini, dan Kami Tenda Kontingen Banten
dititipi delegasi dari Japanes Red Cross, relawan laki-laki bernama Takayushi
Furuhashi, sedangkan yang perempuan bernama Yuko Yoshida, mereka sangat
bersahabat, Takayushi paling suka memakai lomar Banten yang kami berikan,
sedangkan Yuko paling suka makan kue Gipang yang kami suguhkan dalam waktu
singkat, kami seakan telah berkeliling Nusantara, dari Sabang sampai Merauke,
dan lima belas negara, diantaranya: Australia, Arab Saudi, Malaysia, Thailand,
Laos, Kamboja, Jepang, Pakistan, Korea dan lain-lain,
Berkat team work
yang kuat, komitmen dan tekad yang bulat, untuk memberikan yang terbaik bagi
Provinsi Banten, perjuangan selama dua belas hari di ajang Temu Karya Nasional,
Kontingen Relawan PMI Provinsi Banten telah melaksanakan seluruh amanat dengan
sebaik-baiknya, ahirnya kini kita bangga, Kontingen Provinsi Banten menduduki
Peringkat Pertama Urutan keempat, setelah Jawa Barat, Bali, dan DKI Jakarta. dalam
perhelatan besar relawan lima
tahunan.
Siammo Tutti Fratelli, Kita
Semua Bersaudara.
***
*) Temu Karya Nasional Relawan PMI ke-5,
Selorejo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
23-30 Juni 2013