SERANG, BANTEN MUDA—Bagi seorang seniman, entah itu aktor, penyair, juga
penulis, inspirasi bisa datang dari mana saja. Bagi mereka, pengalaman dan
interaksi dengan alam adalah cara belajar yang menyenangkan. Hal itulah yang
dilakukan oleh Gol A Gong dalam buku terbarunya “Kopi Ini Pahit Sekali”.
Bertempat di kediamannya, Rumah
Dunia, (23/6), Gol A Gong menggelar acara bedah buku puisi tunggalnya yang
ketiga itu. Gong menceritakan bahwa sekitar 20 judul puisi dalam bukunya ini
merupakan perayaannya di mana dia begitu menikmati kopi dalam perjalanannya
beberapa bulan yang lalu ke Sumatra.
Seperti dalam puisi “Biji Kopi”,
Gong ingin sekali menyuarakan kegelisahan orang Aceh lewat 3 bait puisi yang
ditulisnya. “Aku teringat Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Aku membayangkan
menjadi perempuan Aceh yang teraniaya di era DOM. Seperti pada baris pertama
aku menulis “Aku adalah biji tajam kopi”, adalah ungkapan suara hatiku, bahwa
orang Aceh itu ibarat biji kopi yang penuh berkah tapi tajam melawan jika
ditindas,” ceritanya.
Rumah Dunia juga mengundang Wahyu
Arya, seorang penyair Banten dalam acara bertemakan Pesta Kopi Sumatra ini
sebagai pembedah. Wahyu menilai, Gong piawai dalam mengawinkan kata menjadi
puisi. “Dalam buku ini, ada kesan kegenit-genitan, nakal, sekali waktu serius,
untuk merespon sesuatu melalui kopi. Gong sedang memanfaatkan kopi untuk
mengucapkan pengalamannya selama menjelajahi Sumatra,” ujar Arya. [*]