SERANG, BANTEN MUDA – Setiap menjelang pesta
demokrasi, pemutakhiran Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang memiliki hak suara
sebagai penentu kemenangan para wakil rakyat baik di lagislatif maupun eksekutif
selalu diverifikasi ulang. Hal itu dilakukan karena DPT cenderung bertambah
dari tahun ke tahun, dan kerap menjadi salah satu pemicu permasalahan dalam
setiap pemilihan umum jika terjadi kekeliruan dalam pendataan.
Dari daftar
yang terus diperbarui tersebut, pada 2009 saja, 40 persen pemilih pemula yang
memiliki hak suara itu adalah generasi muda. Namun, ada indikasi bahwa para generasi
muda sebagai pemilih pemula tersebut cenderung apatis terhadap pemilihan umum, dan
bahkan tak mau peduli dengan hak pilihnya, yang sebenarnya akan sangat menentukan
masa depan bangsa, sedikitnya untuk lima tahun setelah masa pemilu. Sikap
apatis dan cenderung tidak peduli seperti ini disinyalir karena generasi muda
belum melek politik.
Atas dasar
itu, Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himanura) Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Serang Raya (Unsera), menggelar diskusi publik
bertajuk “Membangun Generasi Muda yang Melek Politik”, pada Sabtu 15 Juni 2013,
di Gedung B Kampus Unsera, dengan menghadirkan pembicara Ali Faisal, S.H.,
M.H., (Pegiat Banten Muda Community) dan Mahdiduri, S.Pd. (Anggota Panwaslu
Kota Serang), yang dimoderatori oleh Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Heru Wahyudi, S.IP.
Diskusi
yang dimulai dari pukul 9.00 WIB itu dibuka oleh Dekan FISIP Abdul Malik,
M.Si., yang sekaligus menyampaikan bahwa kesadaran mahasiswa terhadap dunia
politik harus dibentuk melalui diskusi-diskusi yang konstruktif. “Mahasiswa
jangan menjadi objek politik, tetapi harus menjadi subjek politik. Dan melalui
diskusi gerakan melek politik seperti ini diharapkan agar mahasiswa dapat
memahami dunia perpolitikan yang sesungguhnya,” ujar Abdul Malik dalam
sambutannya.
Sementara
itu, Ali Faisal, sebagai salah satu mantan aktivis mahasiswa, mendorong
mahasiswa FISIP Unsera untuk terlibat dengan dunia politik dan menyaran agar generani
muda tidak apatis terhadap perpolitikan pada saat ini. Untuk menghindarkan
sikap apatis tersebut, menurut Ali Faisal, tentu saja para mahasiswa tidak
boleh hanya berdiam diri, melainkan harus terus mempelajari dunia politik baik
secara teoretis di ruang-ruang kelas maupun secara praktis di lapangan, mau
membaca, berdiskusi terbuka, dan menyikapi perpolitikan yang tengah berlangsung
kini secara kritis. “Anak muda tidak boleh ragu untuk memasuki organisasi
politik, apalagi sampai takut untuk berbicara tentang politik, tentang partai
politik, atau tentang masa depan politik. Sebab politik akan menjadi baik jika
dikerjakan dengan ketulusan dan keikhlasan, dan semata-mata demi kepentingan
orang banyak,” kata Ali Faisal
bersemangat.
Bahkan, untuk
memperbaiki kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa membebani rakyat, selain
terlibat dalam pergerakan oposisi yang mengingatkan pemerintah melalui aksi demonstrasi,
misalnya, mahasiswa juga harus menjadi bagian dari perpolitikan pada saat ini. “Masuki
ranah-ranah politik itu, dan warnai parlemen Indonesia dengan menjadi bagian di
dalamnya,” lanjut Ali Faisal.
Di tengah
sedikitnya 40 orang peserta yang menghadiri diskusi publik itu, Mahdiduri,
sebagai salah seorang anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwalu), lebih banyak menyoal
penyelenggaraan pesta demokrasi yang akan dimulai dengan Pemilukada Kota Serang
yang akan berlangsung pada 5 September 2013 mendatang, dan mengharapkan peran
aktif mahasiswa dalam berbagai bidang. Namun, menurut Mahdiduri, sebelum turut
berperan aktif dalam penyelenggara pemilu atau dunia perpolitikan, mahasiwa
harus terlebih dahulu memiliki pemahaman yang memadai terkait dunia politik dan
sungguh-sungguh memperlajari. “Karena setelah paham, mahasiswa dapat menentukan
pilihannya sendiri; baik untuk terlibat menjadi pelaku yang langsung cebur
dalam ranah politik maupun menjadi akademisi sebagai pengamat politik,”
katanya.
Di sisi
lain, Noni Sukmawati selaku ketua Himanura, berharap dengan digelarnya diskusi
publik yang menghadirkan pembicara dari para praktisi ini dapat mendambah
wawasan para peserta diskusi, khususnya mahasiswa FISIP Unsera. “Diskusi ini
juga sebagai ajang silaturahim agar Himanura lebih maju, para anggotanya solid
dan berguna bagi kampus, serta untuk terus memperbaiki kinerja Himanura baik
secara internal maupun eksternal,” ujarnya. [Niduparas Erlang/BieM]