SERANG, BANTEN MUDA – Sebuah kehormatan bagi mahasiswa
Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) pada
khususnya, dan warga Banten pada umumnya yang berkesempatan hadir dalam bedah
buku Perempuan Melayu yang Tak Pernah Layu karya Suryatati A. Manan di
auditorium Untirta, Selasa (28/5).
Pasalnya, mantan walikota otonom
Pangkalpinang ini merupakan pejabat teras yang berprestasi dan pernah meraih
beberapa penghargaan dari pemerintah, antara lain tanda kehormatan Satyalencana
Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI tahun 2004, piagam penghargaan dari
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tahun 2004, penghargaan sebagai 60
tokoh terpopuler di Provinsi Riau dari Media Elemen Sa’riah Batam tahun 2005,
dan penghargaan atas kepedulian dan jasa yang besar dalam pengembangan karang
taruna dari Menteri Sosial RI tahun 2006. Walikota ini pun sukses mengantarkan
kota pimpinannya untuk dalam peraihan penghargaan Adipura dari pemerintah serta
beberapa kali tercatat di Museum Rekor Indonesia. Diharapkan, generasi Banten mampu menyerap
inspirasi secara langsung, melihat Banten adalah salah satu provinsi di
Indonesia yang memberi ruang cukup luas untuk pemimpin perempuan.
Dalam acara bedah bukunya di Untirta,
kemarin, Suryatati berbagi pengalaman tentang hidupnya selama bergulat di
pemerintahan dengan tema acara Kisah Inspiratif Walikota Administratif
Wanita Pertama di Indonesia. Kisah ini pun diurai dalam buku barunya yang
terbit April 2013 dan untuk pertama kalinya dibedah di Untirta.
Ipah Erma Jumiati, Peneliti Kajian
Wanita FISIP Untirta, sebagai salah satu pembedah mengatakan bahwa Suryatati
menjadi istimewa dibanding kepada daerah perempuan lainnya karena beliau mampu
menuliskan sejarah dirinya sendiri. Suryatati berhasil meluruskan anggapan
negatif yang berkembang di kultur masyarakat Indonesia, bahkan dunia, bahwa
perempuan dianggap kaum nomor dua dan dinilai tidak pantas jadi pemimpin. “Buku
ini merupakan sebuah biografi yang merekam jejak perempuan yang bisa memotivasi
perempuan lainnya untuk turut berprestasi,” ujarnya.
Meski dilatarbelakangi sejarahnya
sebagai pejabat pemerintahan, buku yang ditulis Suryatati tidak serta-merta
bercerita tentang politik. Layaknya buku autobiografi lainnya, buku ini juga memuat
kisah Suryatati sebagai ibu rumah tangga, bahkan cerita masa kecilnya
bersama ayah, ibu, dan saudara-saudaranya.
Buku setebal 478 ini mendapat
apresiasi positif dari Tias Tatanka, pemilik sekaligus pengelola Pustakaloka
Rumah Dunia. “Ibu Tati sukses menceritakan bahwa sukses itu diciptakannya dari
kebahagiaannya sendiri. Buku ini sarat akan makna pendidikan, kekeluargaan, dan
politik yang dikemas secara apik dengan citarasa Melayu.”