
Oleh: Irvan Hq
Berbicara
kreativitas, apalagi dunia entrepreneurship
di Banten, tidak akan terlepas dari seorang praktisi pemasaran yang gemar
bersedekah bernama Boyke Pribadi. Selain aktif sebagai akademisi dan berbagai kegiatan
sosial, beliau juga cukup produktif mengeluarkan produk-produk baru untuk
dipasarkan. Boyke Pribadi adalah founding
father BDF Fellowship, sebuah lembaga yang bergerak memberikan beasiswa
pendidikan bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Sekembalinya Boyke Pribadi dari
Singapura, saya langsung bertemu dengan beliau untuk sekadar ngobrol-ngobrol
ringan seputar logo sebagai berikut.
Irvan
Hq : Akhir-akhir
ini tampaknya sering ke Singapura, Kang. Ada urusan apa?
Boyke
P. : Awalnya
ada urusan sedikit di sana, tapi alhamdulillah
sekarang ada bisnis kecil-kecilan.
Irvan
Hq : Bicara
BDF Fellowship, berapa nominal yang diberikan untuk beasiswa?
Boyke
P. : BDF
Fellowship adalah lembaga milik keluarga. Selain saya, juga didirikan oleh istri
dan dua anak kami. Besar bantuan yang diberikan dalam rentang ratusan ribu
hingga jutaan rupiah tergantung kebutuhan siswa.
Irvan
Hq : Apa
rencana ke depan?
Boyke
P. : Ke
depan, kami sedang menyiapkan BDF Empowerment sebagai bantuan modal bagi kaum
duafa dalam menjalankan usaha. Besar modal yang diberikan maksimal lima juta,
dan keuntungan yang diperoleh melalui bagi hasil akan digunakan untuk membiayai
pendidikan siswa tidak mampu. Semboyan BDF Empowerment: Bangkit, Berdaya,
Berbagi. Semboyan BDF Fellowship: Care for
bright future.
Irvan
Hq : Logo
BDF Fellowship seru juga ya, maknanya apa itu, Kang?
Boyke
P. : Logo
BDF Fellowship mengandung filosofi menyiapkan semacam jaringan pengaman (tangan
yang menengadah) untuk menahan jatuhnya seseorang ke bawah. Karena BDF
Fellowship bertujuan memutuskan “lingkaran setan” kemiskinan melalui bantuan
biaya pendidikan.
Irvan
Hq : Seberapa
pentingkah sebuah logo dalam sebuah perusahaan atau organanisasi?
Boyke
P. : Logo
itu mewakili kehadiran usaha kita di tengah-tengah konsumen. Hampir serupa
dengan merek/brand yang bertujuan
memudahkan penciptaan ‘brand image’
terhadap produk atau intitusi/organisasi sehingga kehadiran logo sangat penting
untuk eksistensi produk atau institusi kita.
Irvan
Hq : Apakah
dalam membuat logo, Kang Boyke membuatnya sendiri atau menggunakan jasa orang
lain?
Boyke
P. : Saya
memberikan value organisasi serta
gambaran yang diperlukan, lalu seorang desainer yang menggambar logo tersebut.
Irvan
Hq : Pertimbangan-pertimbangan
apa saja yang harus diambil ketika kita hendak membuat logo?
Boyke
P. : Pertimbangan
utama adalah menyangkut value perusahaan
atau organisasi kita. Value apa yang
diusung, bergerak dalam bidang atau sektor apa, serta segmen konsumen yang
disasar. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah logo yang mudah diingat dan
unik.
Irvan
Hq : Seberapa
pentingkah keberadaan para pembuat logo dan bagaimana eksistensinya?
Boyke
P. : Para
desainer logo sangat diperlukan guna menerjemahkan value organisasi secara ringkas ke dalam lambang. Desainer logo
banyak bernaung pada perusahaan periklanan, perusahaan public relation. Desainer yang profesional sangat memahami arti
warna, bentuk, jenis huruf, dan gaya penulisan dalam kaitan makna filosofis
logo yang dibuat. Seperti warna hitam untuk menggambarkan makna ketegasan, atau
jenis huruf art deco untuk
menggambarkan nilai klasik, dan lain-lain.
Irvan
Hq : Khususnya
di Banten, bagaimana tingkat apresiasi masyarakat atau konsumen terhadap para
pembuat logo ini?
Boyke
P. : Secara
umum masih banyak logo perusahaan lokal di Banten yang hanya berbentuk inisial
(singkatan) dari nama perusahaan dan dibuat tanpa memperhatikan value yang
diusung. Ketika saya tanya kepada mereka, ternyata mereka membuatnya bukan
kepada ahli desain logo, tetapi kepada tukang setting di percetakan. Memang tidak masalah sih, tapi jika berharap
organisasinya kelak akan membesar/maju, maka sebaiknya dibuat logo yang sarat
makna filosofis.
Irvan
Hq : Sudah
banyakkah ahli desain logo di Banten?
Boyke
P. : Setahu
saya sih tidak begitu banyak desainer logo yang mendalami keahlian membuat
logo. Yang banyak adalah ahli setting
yang terbiasa mengoperasikan software
semacam CorrelDRAW dan sejenisnya tanpa mendalami makna masing-masing jenis
huruf dan warna yang digunakan. Karena memang mendesain logo itu tidak mudah,
karena selain harus mengenal detail sifat dari gambarnya, juga harus menjaga
orisinalitas dari logo yang dibuat, sehingga harganya memang cukup mahal karena
keunikannya supaya tidak dituntut pihak lain pemilik logo yang mirip atau
serupa.
Irvan
Hq : Apakah
kemampuan para desainer di percetakan bisa di-up grade dengan mengadakan workshop
membuat logo misalnya?
Boyke
P. : Sangat
bisa karena mereka sudah memiliki keahlian merekayasa gambar atau simbol, tinggal
mengaitkan antara simbol dengan makna yang mewakilinya.
Irvan
Hq : Bagaimana
prospek jasa pembuat logo secara profesional di Banten?
Boyke
P. : Karena
pemahaman masyarakat belum luas, maka prospek pembuat logo amat sangat cerah
seiring dengan proses edukasi yang dilakukan kepada masyarakat.
Tidak
terasa obrolan saya dan Boyke Pribadi membuat Wedang Jahe yang dihidangkan
mulai terasa dingin. Waktu di handpone
saya sudah menunjukkan pukul 23.00. Saya terpaksa menutup obrolan yang asyik
ini dengan pertanyaan terkait anak muda Banten. Sebagai penutup, beliau berpesan
kepada sahabat-sahabat Banten Muda untuk menjadi anak muda yang kreatif,
inspiratif, dan aktif, sebab dengan inspirasi dan kreativitas yang tidak
terbatas banyak hal yang dapat dicapai. Tetap semangat.... [*]