Tahun 2009 lalu Ustad Yusuf Mansur menggerakkan program unik
yang dinamanakan One Day One Ayat, sebuah metode jitu menghafal Al Quran
beserta maknanya.
Dengan matic merahnya Bambi, saya dan sahabat saya itu
menginjakkan kaki di masjid Agung Serang sesaat sebelum adzan Dzuhur. Minggu,
24 Maret 2013, di sini tengah berlangsung tes hafalan Quran yang digelar oleh
PPA Darul Quran cabang Banten.
Saya dan Bembi disambut oleh Ustad M. Yusuf, kami duduk di
suasana damai masjid, di dekat sebuah pilar.
“Tanggal 30 besok kan akan ada wisuda akbar di GBK, jadi hari
ini tes untuk wilayah Banten,” terang Ustad Yusuf.
“Ada berapa peserta yang ikut tes hari ini, Tad?” tanya saya.
Ustad Yusuf menceritakan, tiap tahun peserta wisuda One
Day One Ayat selalu mengalami peningkatan. Untuk hari ini di Banten ada
sekitar 800 lebih peserta yang dari dari berbagai daerah.
“Pesertanya macam-macam, dari pesantren ada, masyarakat umum
juga ada.”
Untuk bisa mengikuti wisuda akbar di Gelora Bung Karno nanti,
para peserta harus menyetor bacaan surat Al Baqoroh sebanyak 50 ayat dan surat
An Naba' 40 ayat. Tiga periode sebelumnya, wisuda akbar diadalan di masjid
Attin, Taman Mini, dan Kota Semarang.
“Tahun ini kenapa memilih GBK, Tad?”
Usai bertanya seputar teknis pelaksanaan, saya izin mengambil
beberapa gambar kepada Ustad. Saya mengelilingi teras masjid. Memerhatikan
wajah-wajah damai mengeja firman Allah. Usia mereka pun beragam saya kira, dari
santri-santriwati sampai ibu-ibu. Mata saya singgah pada sosok mungil di
sebelah kanan saya. Seorang gadis kecil, saya menaksir usianya di antara 5 atau
6 tahun. Saya perhatikan dari dekat. Subhanallah, diam-diam saya
bertasbih.
Sepuluh menit saya menunggu adik kecil itu menyelesaikan tes
hafalan Quran-nya. Sampai dia beranjak dari hadapan ustadzah, saya segera
menghapirinya. Nazma, begitu nama bidadari kecil yang membuat saya terkesima
itu.
“Wah, selamat ya, Nazma. Gimana tadi tesnya, bisa?” sapa saya
pada Nazma yang duduk di samping ibunya.
Nazma tidak menjawab, gadis itu hanya tersenyum malu-malu.
Saya memutar otak, ingin sekali mendengar suara Nazma,
bercerita tentang hafalan Quran-nya. “Nazma sekolah di mana sih?” tanya saya.
Gadis itu tersenyum lagi, “SD Nurul Najah,” jawabnya pelan.
Saya mengernyitkan dahi, “Di mana itu, Nazma. Serang ya?”
“Bukan, Jakarta,” jawabnya lagi.
Nazma Aida Nabila, gadis kecil 6 tahun, datang jauh-jauh dari
Jakarta untuk tes bacaan Quran. “Emang di Jakarta gak ada tesnya, Bu,” saya
bertanya pada ibunya Nazma.
“Ada sih, Mas. Tapi hari ini Nazma sekalian ke rumah eyang di
Kasemen.”
Sekitar sepuluh menit pula saya dan Nazma berbincang-bincang
ditemani ibunya. Bukan saja tentang hafalan Quran, tapi juga mengenai sekolah
dan hobinya Nazma. Dia ceritakan pada saya kalau kelak sudah besar, Nazma
pengin masuk pesantren.
“Kenapa?”
“Di pesantren kan banyak ustad dan ustazah yang akan ngajarin
Nazma ngaji.” Olala! Akhirnya saya berhasil juga mendapatkan satu kalimat
panjang dari Nazma. Kami menyudahi obrolan, Nazma harus segera ke rumah
eyangnya di Kasemen. Pun saya, acara lain siap menanti untuk dikunjungi. One
Day One Ayat, dari metode itu saya belajar suatu hal. Hal-hal besar dalam hidup
ini berawal dari hal-hal kecil yang kita lakukan secara terus menerus. Seperti
tetesan air yang mampu menembus batu. Tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup
ini, tergantung seberapa besar effort yang kita lakukan, juga doa yang
menyertainya, selebihnya, biarkan Tuhan yang memberikan kejutannya.
***