Kota Serang
benderang dengan matahari persis di atas kepala saya. Dalam gerah saya memasuki
gerbang SMAN 1 Kota Serang, sekolah favorit di Serang, bahkan Banten itu.
Sehari
sebelumnya saya menerima informasi kalau teman-teman OSIS Smansa akan menggelar
event Smansa Smart Competition, pagi ini, Minggu 24 Maret 2013.
Saya menelusuri
koridor Smansa, menuju arah tangga, berdasarkan informasi dari seorang peserta
yang kebetulan tadi kami berpapasan di
pintu gerbang, acara SSC diadakan di lantai 2.
“Siang, terima
kasih sudah mau meluangkan sedikit waktu. Lagi sibuk banget, ya?” saya menyapa
perempuan belia yang menemui saya.
“Hehehe, dikit,
Mas. Oh ya, dari mana, ya?” tanyanya seraya menatap sejenak.
“Saya Iwan, dari
Banten Muda.”
“Oooo, Banten
Muda. Kenapa gak bilang dari tadi, Mas? Hehehe.”
Belum lama ini
saya juga pernah datang ke Smansa untuk meliput Smansa Fair dengan
bintang tamu RAN waktu itu.
“Ini lomba MIPA,
Mas. Skopnya sih se Banten. Ini adalah tahun kedelapan penyelenggaraan Smansa
Smart Competition,” ujar Tiara, yang ditunjuk sebagai ketua pelaksana.
Smansa Smart
Competition merupakan acara tahunan dari OSIS Smansa. Bidang keilmuan yang
dilombakan di antaranya Matematika, Biologi, dan Fisika. Di tahun kedepalan,
SCC diikuti oleh 386 peserta dari 22 sekolah di Banten.
“Oh iya, ini
lomba tingkat SMP, kan?” saya lupa memastikan dari awal peserta yang ikut SSC.
“Iya, Mas.
Pesertanya dari SMP sederajat se Banten,” terang Tiara.
Tiara
menjelaskan bahwa SSC dibagi ke dalam 3 tahap yang digelar selama 4 hari dalam
beberapa minggu. “Ini hari pertama, akan diseleksi untuk masuk ke 27 besar,
lalu 9 besar, dan terakhir 3 besar. Totalnya 4 hari, Mas. Tapi gak
berturut-turut.”
Smansa Smart
Competition diminati oleh siswa-siswa SMP se Banten. Bagaimana tidak, untuk
3 peserta terunggul mendapat reward masuk Smansa tanpa tes, beasiswa,
tropi, juga piagam. “Sehari setelah penutupan pendaftaran masih ada yang
daftar, Mas. Karena kita sistemnya input data, ya, terpaksa ditolak.”
“Gimana nih
pengalamannya ditunjuk jadi ketua pelaksana?” tanya saya.
Tiara tersenyum,
menyeka butir keringat yang muncul di keningnya. “Hehehe, capek sih, Mas. Tapi
seneng. Gak ada kan kerjaan yang gak capek?”
“Sebenarnya apa
sih tujuan pelaksaan dari SSC sendiri?” pertanyaan terahir dari saya.
“SSC bertujuan
untuk menjaring bibit-bibit unggul, Mas. Bibit-bibit unggul yang nanti akan
dididik di Smansa, semoga ke depannya juga unggul dalam mengunggulkan bangsa
kita ini.”
Yap! Saya
mengangguk. Sepuluh menit saya dan Tiara ngobrol seputar SSC. Gadis itu izin
kembali ke acara mengurusi beberapa keperluan lainnya. Saya beranjak dari
duduk, mengikuti Tiara ke lantai atas. Mengamati suasana lomba, tentunya untuk
mengabadikan dalam beberapa potret gambar.
***
Oleh : Setiawan Chogah