Serang mulai temaram ketika senja jatuh dari langit. Kebetulan hari itu
saya ada janji dengan teman kampus di Pondok Tiara, Cinanggung. Malam minggu
adalah waktu yang selalu saya sediakan untuk bro out, ngobrol santai dengan sahabat-sahabat saya, tentang apa
saja. Kebanyakan tentang pengalaman hidup, pun tentang misi kami beberapa tahun
ke depan. Usai mandi dan berganti pakaian, saya menyempatkan membaca catatan
Linda Christanty, Dari Jawa Menuju
Atceh. Kang Niduparas yang merekomendasikan buku itu untuk saya baca.
“Chogah, aku sarankan kau membaca Dari
Jawa Menuju Atjeh-nya Linda Christanty. Sudah saatnya kau belajar
menulis berita dengan gaya jurnalisme sastrawi.”
Oleh
: Setiawan Chogah
Saya memasuki kawasan pusat kuliner
di Kota Serang itu dengan langkah santai. Gerbang magrib baru saja ditutup.
Pondok Tiara mulai ramai, beberapa meja sudah penuh diisi anak-anak muda Kota
Serang. Saya menyeret langkah menuju Pontir 2, kebetulan kawasan ini diperluas
membentuk leter L dari samping panggung Pondok Tiara 1.
Saya memesan coffee bland dan
pisang bakar coklat sembari menikmati penampilan life music dari
panggung. Malam minggu kali ini ada yang berbeda di Pontir, biasanya pihak
pengelola hanya memutar musik dari DVD Player yang visualnya dipancarkan
melalui in focus ke layar yang dipampang di atas panggung – seperti
acara nonton bareng.
Anak-anak muda yang menari di depan
panggung, dan sebuah backdrop yang bertuliskan ‘Launching Album
Cruzbeat Famz’ cukup menyita
perhatian saya.
Teman saya, Doni dan Denis sudah
bergabung ketika itu. Saya izin meninggalkan mereka sejenak. Di depan saya
langsung ke samping panggung dan menemui dua perempuan muda yang tadi memandu
acara.
“Maaf, Mbak. Ini acara apa, ya?” saya
bertanya.
“Oh, ini Mas, acara launching album,”
jawabnya sembari membungkuk, mendekatkan jarak di antara kami. Mungkin dia
khawatir suaranya tidak dapat saya dengar dengan jelas.
“Ooo, saya Iwan, dari Banten Muda.
Bisa wawancara sebentar?” ujar saya selanjutnya.
Perempuan itu menolak, “Saya kan hanya
host, Mas. Mungkin langsung ke yang punya acara aja kali, ya.” Dia mengantarkan
saya pada Van, panitia acara launching ini.
“Cruzbeat Famz itu sendiri apa
sih, Mas?”
“Kami semacam komunitas, Mas. Ya,
kumpulan anak-anak muda gitulah,” jawabnya dengan volume suara yang sedikit
dikeraskan. “Kita ngobrol di sana aja, yuk! Biar santai dikit.”
Saya dan Van menuju meja kosong di
Pontir 2. Di sana sudah ada Albe, ketua komunitas ini.
Usai memperkenalkan diri, kami
bertiga terlibat obrolan ringan.
“Cruzbeat Famz komunitas hip
hop dari Serang Timur, Mas. Markas kami ada di Ciruas, boleh mampir kalo Mas
Iwan ada waktu.”
Saya tertawa. Ada keingintahuan lebih
jauh yang tiba-tiba menyeruak dari otak saya. Tentang kapan komunitas ini
lahir, juga tentang orang-orang di dalamnya.
Cruzbeat Famz terbentuk pada 26 Maret 2009. “Kami
dari orang-orang yang sebenarnya punya ide dan pemikiran yang sama untuk
mengembangkan kreativitas. Mumpung masih muda, kan? Kan waktu yang produktif
untuk berkarya,” ujar Albe tersenyum.
Saya pun membalas senyum seraya
mengangguk. Entahlah, saya salut saja dengan mereka. Cruzbeat Famz
adalah contoh anak-anak muda kreatif yang cerdas dalam menyalurkan emosi
mereka. Saya pernah membaca berita di Tempo.co.id, di sana dijabarkan
bahwa sepanjang Mei 2012, Sistem Database Pemasyarakatan mencatat sebanyak
24.237 kasus narkoba didominasi oleh anak muda. Pakar mengatakan bahwa usia
muda adalah usia serba ingin tahu, sehingga sangat mudah terjerumus pada
hal-hal negatif.
“Kenapa memilih berkomunitas, Mas? Ini
launching album perdananya, ya?” saya memborong dua pertanyaan sekaligus.
“Komunitas itu memperkuat
silaturrahim, Mas. Kita juga welcome sama teman-teman yang mau gabung,
gak musti punya talenta khusus, kok. Kita bisa belajar sama-sama. Iya, ini album
pertama Cruzbeat Famz. Ini garapnya bareng-bareng dan lewat jalur
indie.”
Benar dugaan saya, dan saya semakin
yakin, bahwa tidak semua anak muda di negeri ini hanya kenal tawuran dan demo
anarkis. Tapi ada juga mereka yang langsung bertindak, mengubah sesuatu yang
ada pada diri mereka menjadi lebih baik, sendiri ataupun bersama-sama. Intinya
adalah bagaimana mereka memberdayakan potensi mereka, lalu berprestasi.
Berikut beberapa prestasi CruzBeat
Famz yang sempat saya catat dari obrolan kami malam itu.
Road Soulnation 2009 di Jakarta,
Indonesia Hiphop Parade, HipHolic di Solo, Rap Kompetisi Otista, juga diundang
dalam acara-acara khusus seperti Bogor Aniversary.
***