![]() |
Oleh : Boyke Pribadi |
Ada
seorang bijak yang mengatakan “sesungguhnya pada setiap batu yang berserakan
ditepi jalan itu terdapat keindahan, sepanjang batu tersebut bertemu dengan
pemahatnya”. Maksud dari kalimat bijak
tersebut adalah bahwa pada setiap batu yang bererakan di tepi jalan, yang
harganya tidak seberapa, namun sebetulnya memiliki keindahan yang bernilai
tinggi manakala batu tersebut diubah bentuknya oleh tangan pemahat yang
terampil menjadi hiasan seperti patung dan ornamen lainnya.
Demikian pula dengan kita sebagai manusia dimana
setiap orang pasti memiliki suatu kelebihan atau yang sering kita sebut sebagai
potensi. Hanya saja karena potensi itu sifatnya masih tersembunyi maka kita
perlu mencari sang pemahat yang bisa menumbuhkan potensi tersebut agar wujud
menjadi sesuatu yang nyata yang dapat membuat diri kita menjadi berharga dan
dihargai ‘mahal’ oleh lingkungan kita.
Sang pemahat tersebut bisa jadi ada disekitar
kita, mungkin guru kita yang sehari hari berusaha membangkitkan wawasan
akademik, mungkin orang tua kita yang selalu berharap yang terbaik dan memberi
contoh teladan kepada kita, atau mungkin teman/sahabat karib kita yang bisa
membangkitkan semangat ketika kita sedang mendapat mood yang buruk, atau bahkan
mungkin ‘musuh’ atau pesaing kita yang telah membuat bangkitnya semangat kita
untuk bersaing melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
Dan dalam sepanjang usia hidup kita banyak sekali
sang pemahat yang akan memberikan moment moment monumental yang bisa merubah
arah hidup dan kehidupan kita. Pengalaman penulis, banyak sekali sang pemahat
yang memberikan energi kuat sehingga membuat penulis tergerak untuk melakukan
sesuatu. Sebut saja dua sang pemahat yang memberikan setrum (aliran listrik)
yang menghentak penulis dalam satu tahun terakhir sehingga membuat penulis
bergerak untuk me-re-orientasi hidup dan penghidupan yang telah penulis jalani
selama ini.
Pemahat pertama adalah Jamil Azzaini seorang
trainer yang telah membuat penulis tersadar bahwa masih banyak yang belum
penulis lakukan dalam hidup ini. Penulis tersentak ketika Jamil berteriak dalam
sebuah sesi seminar yang diikuti banyak peserta tersebut. “Hai Fulan ! apakah
yang telah engkau perbuat sehingga kamu merasa pantas masuk ke dalam surga-KU”
teriak Jamil sambil memisalkan pertanyaan Sang Khalik kepada setiap mahluk-Nya
kelak. Penulis termenung memikirkan bahwa belum ada jawaban yang layak untuk
diajukan guna menjawab pertanyaan tersebut. Sementara Jamil telah memiliki
jawaban yaitu bahwa dia telah memutuskan 1 juta orang dari rantai kemiskinan.
Sang pemahat lain yang telah memberi energi bagi
penulis adalah, Reza atau dikenal dengan sebutan AXL sebagai founder dan owner
dari keripik maicih yang sangat terkenal di nusantara ini. Bermula pada tanggal
20 november 2011 ketika penulis menjadi moderator dalam sebuah seminar tentang
wirausaha. Menyimak pengalaman reza dalam merintis bisnis keripik pedasnya
telah membuka pikiran penulis bahwa titik utama keberhasilan memasarkan produk
adalah bukan hanya terletak pada produk itu sendiri, melainkan bagaimana cara
memasarkannya. Meskipun ilmu ini telah lama penulis ketahui, namun belum pernah
penulis mendapatkan energi yang dapat mendorong penulis untuk mencontoh yang
dilakukan oleh reza.
Sepulang dari kegiatan seminar tersebut, penulis
langsung browsing produk yang masih langka di Indonesia lalu berusaha
memasarkannya. Lalu dibuatlah website www.shampoantiuban.com
dan dalam kurun waktu 2 bulan, hasil nyatanya telah nampak. Pesanan mengalir
dari aceh hingga maluku, dari banyak kota di jawa dan di luar jawa, tanpa letih
tiap hari penulis mengirim SMS promo ke lebih dari 5 juta nomor GSM.
Merasa sukses dengan produk tersebut, lalu untuk
memenuhi keinginan meniru langkah Jammil Azzaini untuk menyiapkan jawaban atas
pertanyaan sang Khalik, penulis membuat website www.umrohbanten.com dengan maksud agar
bisa sering menjalankan ibadah umroh tapi dengan ikut mengantarkan orang lain.

Dari hasil pengamatan sepintas, bisnis yang banyak
dijalankan oleh para mahasiswa di perkotaan adalah menjual produk cemilan pedas
yang hampir seluruhnya di ‘import’ dari luar daerah banten, dan rata rata
penjualnya berasal dari golongan yang mampu secara ekonomi. Hal ini terlihat
dari digunakannya mobil sebagai sarana penjualan. Hal itu sesuai dari hasil
browsing di internet bahwa untuk menjadi reseller dari produk tersebut
dibutuhkan modal yang cukup besar yang sulit terjangkau oleh mahasiswa yang
kurang mampu.
Melihat hal tersebut, maka penulis memikirkan
suatu produk cemilan pedas dengan harga yang harus lebih murah dari yang
beredar dipasaran dan dengan metode pemasaran yang tidak memberatkan
penjual-nya, dan bahkan kalau bisa tanpa memerlukan modal !.
Untuk hal itulah sejak tanggal 09-09-2012 penulis
meluncurkan www.tingbating.com sebagai
sarana untuk menjual cemilan pedas berupa lanting dengan merek ‘tingbating’
dengan sistem pemasaran yang nyaris tidak memerlukan modal materi kecuali hanya
butuh semangat, disiplin dan kerja keras.
Setiap mahasiswa atau penjual dapat mengambil
produk tersebut sebanyak 10 pcs dan membayar ketika akan mengambil 10 pcs
produk selanjutnya, setelah terlewati 5 siklus dengan jumlah 10 pcs tersebut
maka penjual dapat menambah 5 pcs untuk penjualan selanjutanya dan begitu
seterusnya.
Mungkin banyak yang bertanya, kanapa hanya 10
pcs?? Ya karena penulis ingin mengajak reseller untuk mengikuti prosesnya
sebagai sebuah pembelajaran, karena menurut penulis hal yang lebih berharga
dari sekedar keuntungan yang diperoleh adalah pembelajaran yang diperoleh dari
setiap proses yang dilakukan.
Jadi...temukan pemahatmu, dan kobarkan kreatifitas
yang kamu miliki untuk memberdayakan sekitarmu........ [.]